Ada kalanya ‘ulama atau mujtahid sudah mendengar suatu dalil (hadits)
namun ia tidak percaya dengan orang yang membawa dalil (hadits) tersebut
sehingga ia tidak menjadikan dalil itu untuk berijtihad.
Penyebab ini sudah terjadi di kalangan shahabat yakni Umar bin Khaththab
radliyallaahu ‘anhu. Dalam Shahih Muslim no. 2715, 2717, 2721, 2722,
dll (masih banyak lagi jalur periwayatan hadits ini) suatu ketika ada
seorang wanita bernama Fathimah binti Qais radliyallaahu ‘anha telah
ditalak 3 oleh suaminya yakni Abu Amru bin Hafsh bin Al Mughirah radliyallaahu
‘anhu. Lalu sang suami mengirim seorang utusan untuk mengirimkan nafkah
kepada mantan istrinya (Fathimah binti Qais) selama masa ‘iddah. Namun sang
istri marah dan tidak mengambil nafkah tersebut. Kemudian keduanya mengadu masalah
ini kepada Nabi shallallaahu ‘alahi wasallam. Beliau bersabda bahwa tidak
ada nafkah dan tidak ada jaminan tempat tinggal bagi Fathimah binti Qais. Beliau
menyuruhnya untuk menunggu masa iddah di rumah Abdullah bin Ummi Maktum.
Talak ini (talak ba’in) merupakan jenis talak yang sudah tidak bisa rujuk
(kembali) kecuali jika sang mantan istri menikah dengan suami yang baru.
Sedangkan untuk kasus talak 1 & 2, maka sang istri masih tetap diberi
nafkah dan tempat tinggal. Akan tetapi untuk kasus wanita hamil yang ditalak 3,
maka ia harus tetap diberi nafkah dan tempat tinggal sebagaimana QS Ath Thaalaq
ayat 6:
وَإِن كُنَّ أُولَاتِ حَمْلٍ فَأَنفِقُوا عَلَيْهِنَّ
حَتَّى يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ
“Dan jika
mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah
kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin.”
‘Umar radliyallaahu ‘anhu belum mengetahui sunnah (hadits) ini,
sehingga beliau berpendapat bahwa wanita yang sudah ditalak 3 harus tetap
diberi nafkah dan tempat tinggal oleh mantan suaminya selama masa ‘iddah. Beliau
berpendapat dengan QS Ath Thaalaq ayat 6 tadi. Fathimah binti Qais datang lalu
menceritakan kisah ini dan menyampaikan hadits tadi kepada Umar radliyallaahu
‘anhu. Akan tetapi beliau tidak menerima riwayat yang dibawa oleh Fathimah
binti Qais lalu mengatakan:
أنترك قول ربنا لقول امرأة لا ندري
أذكرت أم نسيت
؟
“Apakah kita akan meninggalkan firman Allah hanya karena perkataan
wanita yang kita tidak tahu apakah ia ingat atau lupa ?”
wallaahu a’lam.
Diringkas dari kajian Al khilaaf baina Al ‘Ulamaa’ wa Asbaabuhu wa Mauqifunaa minhu, Kitaabul ‘Ilmi karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullaah dengan sedikit perubahan.
Diringkas dari kajian Al khilaaf baina Al ‘Ulamaa’ wa Asbaabuhu wa Mauqifunaa minhu, Kitaabul ‘Ilmi karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullaah dengan sedikit perubahan.
0 comments :
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.