Di dalam Kitabullah terdapat sepenggal kisah tentang Ashhaabul-Ukhduud. Hadits Nabi datang memberi penjelasan dan keterangan lebih mendalam
untuk kisah ini. Sebuah kisah tentang bagaimana sekelompok orang-orang beriman
dengan iman mereka menolak kenikmatan dan kelezatan dunia. Mereka memilih api
daripada kufur kepada Allah. Kisah ini berbicara bagaimana seorang bocah kecil
mampu menghidupkan iman di hati umat dan menggoncang singgasana Thaghut
yang sombong, yang mengklaim diri sebagai Tuhan.
NASH HADITS
Imam Muslim meriwayatkan dari Shuhaib bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wassalam bersabda,
"Dahulu kala, ada seorang raja dari kalangan
orang-orang sebelum kalian yang mempunyai seorang ahli sihir. Ketika ahli sihir
ini sudah lanjut usia, ia berkata kepada sang raja,
'Sesungguhnya aku
sudah lanjut usia, maka kirimkan seorang pemuda kepadaku untuk aku ajarkan
kepadanya ilmu sihir.'
Maka sang raja pun mengirimkan seorang pemuda kepadanya
untuk diajari ilmu sihir. Ketika di tengah jalan yang dilaluinya menuju tukang
sihir, terdapat seorang ahli ibadah (pendeta). Pemuda itu lalu duduk di
dekatnya dan mendengarkan ucapannya hingga membuatnya kagum atau heran. Dan
ketika mendatangi ahli sihir, dia selalu melewati si pendeta itu dan singgah di
tempatnya.
Suatu ketika mendatangi ahli sihir, ahli sihir itu
memukulnya. Maka dia memberitahukannya kepada sang pendeta. Pendeta itu
berkata,
'Jika engkau takut pada ahli sihir, maka katakan,
'Keluargaku menahanku.' Dan jika engkau takut kepada keluargamu, maka katakan,
'Ahli sihir telah menahanku.'
Ketika dia dalam keadaan seperti itu, datanglah seekor
binatang yang sangat besar yang menahan orang-orang, maka dia berkata,
'Sekarang aku akan mengetahui yang lebih baik , ahli
sihir ataukah pendeta?'
Kemudian dia mengambil sebuah batu seraya berkata,
'Ya Allah, jika ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai
daripada ajaran ahli sihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang
dapat melanjutkan perjalanan mereka.'
Lalu dia melemparkan batu itu hingga dapat membunuh binatang
tersebut dan orang-orang pun dapat melanjutkan perjalanan mereka.
Selanjutnya, pemuda itu mendatangi si pendeta dan
memberitahukan hal tersebut. Maka sang pendeta berkata kepadanya,
'Wahai anakku, sekarang ini engkau lebih baik daripada
diriku. Sebab, urusanmu telah mencapai apa yang kusaksikan. Dan sesungguhnya
engkau kelak akan diuji. Jika engkau diuji, janganlah engkau menyebut-nyebut
namaku (janganlah engkau tunjukkan aku pada mereka).'
Pemuda itu pun berhasil menyembuhkan penyakit buta dan
kusta. Dia mengobati manusia dari segala macam penyakit.
Kemudian orang kepercayaan sang raja yang buta mendengar
berita tentangnya. Dia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang sangat
banyak. Dia berkata,
'Semua yang ada di sini akan menjadi milikmu jika engkau
berhasil menyembuhkan diriku.'
Pemuda itu menjawab,
'Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seseorang.
Yang menyembuhkan adalah Allah yang Maha Tinggi. Jika engkau beriman kepada
Allah yang Maha Tinggi, maka aku akan berdoa kepada Allah, lalu Dia akan
menyembuhkanmu.'
Maka dia pun beriman kepada Allah yang Maha Tinggi dan Allah
menyembuhkannya.
Selanjutnya, orang kepercayaan raja itu mendatangi sang raja
dan duduk bersamanya seperti biasa. Raja berkata kepadanya,
'Siapa yang mengembalikan (menyembuhkan) pandanganmu?'
Dia menjawab, 'Tuhanku.'
'Apakah engkau mempunyai tuhan selain diriku?' tanya
raja.
'Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah,' sahutnya.
Maka raja itu langsung memberikan hukuman kepadanya dan
terus menyiksanya hingga orang itu menunjuk pemuda itu. Kemudian minta agar
pemuda itu didatangkan. Raja berkata,
'Wahai anakku, sihirmu luar biasa hebatnya hingga dapat
menyembuhkan kebutaan dan kusta. Kamu juga telah melakukan ini dan itu.'
Maka dia berkata,
'Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun.
Sebenarnya yang menyembuhkan mereka adalah Allah.'
Maka pemuda itu pun dihukum dan terus disiksa hingga pemuda
itu menunjuk sang pendeta. Lalu dia minta supaya pendeta itu dihadirkan.
Selanjutnya kepada pendeta itu dikatakan,
'Kembalilah kamu ke dalam
agamamu semula.'
Namun dia menolak. Raja minta agar diambilkan gergaji.
Gergaji itu diletakkan di atas kepalanya, lalu membelahnya hingga kedua belahan
tubuhnya terjatuh. Dipanggillah orang kepercayaannya dan dikatakan kepadanya,
'Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula.'
Namun dia menolak, dan sang raja meletakkan gergaji di atas
kepalanya, kemudian membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh.
Selanjutnya, dia minta untuk menghadapkan pemuda itu kepadanya. Lalu dia
mengatakan kepadanya,
'Kembalilah kepada agamamu.'
Namun dia tetap menolak. Maka dia menyerahkannya kepada
beberapa orang pengikutnya, lalu berkata,
'Pergi dan bawalah pemuda ini ke gunung ini dan itu, dan
bawalah dia naik ke atas gunung. Jika kalian telah sampai di puncaknya dan dia
kembali kepada agamanya, maka tidaklah bermasalah. Tetapi jika tidak, maka
lemparkanlah dia.'
Kemudian mereka segera membawa pemuda itu naik ke gunung.
Maka pemuda itu berdoa,
'Ya Allah, lindungilah diriku dari (kejahatan) mereka
sesuai dengan kehendak-Mu.'
Maka gunung itu goncang, mereka pun berjatuhan dari gunung.
Kemudian pemuda itu dengan berjalan kaki datang menemui sang raja. Kemudian
raja bertanya kepadanya,
'Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawamu?'
Dia menjawab,
'Allah yang Maha Tinggi telah menghindarkan diriku dari
kejahatan mereka.'
Maka pemuda itu diserahkan kepada pasukan lain seraya
berkata,
'Pergilah kalian dan bawalah pemuda ini dengan sebuah
perahu ke tengahtengah laut. Jika dia mau kembali ke dalam agamanya semula,
maka dia akan selamat. Jika tidak, maka lemparkanlah dia ke tengah lautan.'
Lalu mereka berangkat dengan membawa pemuda tersebut.
Selanjutnya, pemuda itu berdoa,
'Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sesuai dengan
kehendak-Mu.'
Maka kapal itu pun terbalik dan mereka tenggelam. Setelah
itu, pemuda tersebut dengan berjalan kaki datang menemui sang raja. Dan raja
berkata kepadanya,
'Apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang bersamamu
tadi?'
Dia menjawab,
'Allah yang Maha Tinggi telah menyelamatkanku dari
kejahatan mereka.'
Lebih lanjut, pemuda itu berkata kepada raja,
'Sesungguhnya kamu tidak akan dapat membunuhku hingga
kamu mengerjakan apa yang aku perintahkan kepadamu.'
'Apa yang harus aku kerjakan?' tanya raja itu.
Pemuda itu menjawab,
'Kamu harus mengumpulkan orang orang di satu tanah
lapang, lalu kamu menyalibku di sebuah batang pohon. Ambillah anak panah dari
tempat anak panahku, letakkan pada busurnya, kemudian ucapkanlah, 'Dengan
menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini.' Lalu lepaskanlah anak panah itu ke
arahku. Sesungguhnya jika kamu telah melakukan hal itu, maka kamu akan dapat
membunuhku'.
Raja itu pun mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang.
Dia menyalib pemuda di atas sebatang pohon, lalu mengambil satu anak panah
dari tempat anak panah pemuda itu. Selanjutnya, dia meletakkan anak panah itu
pada busurnya, kemudian mengucapkan
‘Bismillahi rabbil ghulaam (dengan menyebut nama Allah,
Tuhan pemuda ini).’
Dia pun melepaskan anak panah itu dan mengenai bagian
pelipis. Pemuda itu meletakkan tangannya di pelipisnya dan ia pun meninggal
dunia.
Pada saat itu orang-orang berkata,
'Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini.'
Kemudian ada orang datang kepada raja dan berkata kepadanya,
'Tahukah engkau, apa yang engkau khawatirkan? Demi Allah,
kekhawatiran itu sekarang telah menjadi kenyataan. Orang-orang telah beriman.'
Raja pun memerintahkan untuk membuat parit besar di setiap
persimpangan jalan dan di parit itu supaya dinyalakan api. Raja berkata,
'Barangsiapa tidak kembali kepada agamanya semula, maka
lemparkanlah dia ke dalam parit itu.'
Atau akan dikatakan kepadanya, 'Ceburkanlah dirimu.'
Maka orang-orang pun melakukan hal tersebut, hingga
datanglah seorang wanita bersama bayinya. Wanita itu berhenti dan menghindar
agar tidak terperosok ke dalamnya. Maka bayi itu berkata kepadanya,
'Wahai Ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada
dalam kebenaran.’ “
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitabuz Zuhdi war
Raqaiq, bab kisah Ashabul Ukhdud (4/2299), no. 3005.
Dalam Sunan Tirmidzi dari Shuhaib berkata bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wassalam bersabda,
"Ada seorang raja. Raja ini memiliki dukun yang
berpraktek untuknya. Dukun ini berkata,
'Pilihkan untukku seorang pemuda yang mengerti – atau dia
berkata, 'Pemuda yang pandai lagi mudah diajari.' Aku akan mengajarkan ilmuku
ini kepadanya, karena aku takut tiba-tiba mati, ilmu ini terputus dan tidak ada
yang mewarisinya di antara kalian."
Nabi bersabda,
"Lalu mereka memilih seorang pemuda seperti yang dia
minta dan memerintahkannya untuk menghadap dukun itu. Maka pemuda ini mulai
sering mendatangi dukun itu. Sementara itu di perjalanan pemuda ini menuju
dukun, terdapat seorang pendeta di sebuah kuil."
Ma'mar berkata, "Menurutku, para penghuni kuil pada
hari itu adalah orang-orang muslim."
Nabi melanjutkan,
"Pemuda itu mulai bertanya kepada sang pendeta setiap
kali dia melewatinya. Pemuda itu terus bertanya hingga pendeta itu bercerita.
Pendeta itu berkata,
'Aku hanyalah seorang hamba Allah'.
Selanjutnya pemuda ini duduk di depan pendeta dan datang
terlambat kepada sang dukun. Maka dukun itu bertanya kepada keluarga si pemuda
itu, bahwa dia jarang menghadiri majlisnya. Pemuda ini menceritakan hal itu
kepada si pendeta. Maka pendeta itu berkata kepada pemuda,
'Jika dukun itu bertanya kepadamu, di mana kamu. Maka
katakan saja, di rumah. Dan jika keluargamu bertanya kepadamu, di mana kamu.
Maka katakan saja, di sisi dukun."
Nabi melanjutkan,
"Ketika pemuda itu dalam keadaan demikian, dia melewati
sekumpulan orang dalam jumlah yang banyak yang tertahan oleh seekor binatang.
Sebagian dari mereka berkata, 'Binatang itu adalah seekor singa.' Lalu pemuda
ini mengambil sebuah batu dan berkata,
'Ya Allah jika apa yang diucapkan oleh pendeta itu adalah
benar, maka aku memohon kepada-Mu agar bisa membunuh binatang ini."
Nabi melanjutkan, "Pemuda itu melempar dan membunuh
binatang itu. Orang-orang bertanya, 'Siapa yang membunuhnya?'
Mereka menjawab, 'Seorang pemuda.'
Orang-orang pun terkejut. Mereka berkata,
'Pemuda itu telah mengetahui ilmu yang tidak diketahui
oleh siapa pun’. “
"Lalu seorang buta mendengar kisah tentang pemuda ini.
Orang buta ini berkata kepadanya,
'Jika kamu dapat mengembalikan penglihatanku, maka aku
memberimu ini dan ini.'
Pemuda ini menjawab,
'Aku tidak menginginkan pemberianmu. Akan tetapi, jika
penglihatanmu kembali kepadamu, apakah kamu bersedia beriman kepada yang
mengembalikannya kepadamu?'
Dia menjawab, 'Ya'."
Nabi bersabda,
"Lalu pemuda itu berdoa kepada Allah dan Allah
mengabulkan doanya. Orang buta itu bisa melihat dan dia beriman.
Hal itu diketahui oleh raja, maka mereka dihadapkan kepada
raja. Raja berkata,
"Masing-masing dari kalian akan aku bunuh dengan
cara yang berbeda."
Lalu raja memerintahkan pendeta dan laki-laki yang pernah buta
itu agar dihadapkan. Sebuah gergaji diletakkan di ubun - ubun salah satu dari
keduanya dan raja membunuhnya (dengan cara itu), sementara yang lain dibunuh
dengan cara yang lain. Kemudian raja memerintahkan atas si pemuda dengan
berkata,
"Bawalah pemuda ini ke gunung ini dan ini, lemparkan
dia dari puncaknya."
Lalu para tentara raja membawanya ke gunung yang disebut
oleh raja. Ketika mereka tiba di tempat di mana mereka akan melemparkan pemuda
itu, tiba-tiba mereka terpelanting dan berjatuhan dari gunung itu, sehingga
yang tersisa hanyalah sang pemuda.
Nabi melanjutkan,
"Kemudian pemuda itu pulang. Raja menangkapnya dan
memerintahkan bala tentaranya agar membuangnya ke laut. Pemuda ini dibawa ke
laut. Dan Allah menenggelamkan bala tentara raja yang membawanya dan
menyelamatkannya. Pemuda itu berkata kepada raja,
"Engkau tidak akan bisa membunuhku sebelum engkau
menyalibku dan memanahku, lalu engkau berkata ketika memanahku, 'Bismillah
Tuhan pemuda ini.'
Nabi melanjutkan,
"Lalu pemuda ini disalib. Raja menyiapkan anak panahnya
dan berkata,
'Bismillah, Tuhan pemuda ini.'
Pemuda ini memegang pelipisnya ketika panah mengenainya dan
dia pun mati.
Maka orang-orang berkata,
'Pemuda ini telah mengetahui ilmu yang tidak diketahui
oleh seorang pun. Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini.'
Maka ada yang berkata kepada raja,
'Engkau murka ketika ada tiga orang yang menyelisihimu.
Sekarang, semua orang telah menyelisihimu.'
Nabi bersabda,
"Maka raja menggali parit, kemudian kayu bakar
dilemparkan ke dalamnya dan api dinyalakan. Orang-orang dikumpulkan dan kepada
mereka diserukan,
'Siapa yang murtad, maka kami membiarkannya. Dan
barangsiapa tetap memegang agamanya, maka kami akan melemparkan dia ke dalam
api.'
Maka bala tentara raja melemparkan orang-orang ke dalam
parit-parit tersebut."
Allah berfirman,
"Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat
parit yang berapi dengan dinyalakan dengan kayu bakar… sampai pada firmannya,
'Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji."
(QS. Al-Buruj: 4-8).
Dia berkata, "Pemuda itu dikubur." Dan katanya,
bahwa pemuda itu dikeluarkan dari kuburnya pada zaman Umar bin Khattab
sementara tangannya masih berada di pelipisnya seperti ketika dia dibunuh. Abu
Isa berkata, "Ini adalah hadis hasan gharib."
TAKHRIJ HADITS
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya dalam Kitab
Tafsir, tafsir surat Al-Buruj (4/437).
QS AL BURUUJ (GUGUSAN BINTANG)
وَالسَّمَاء ذَاتِ الْبُرُوجِ -١- وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ -٢-
وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ -٣- قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ -٤- النَّارِ ذَاتِ
الْوَقُودِ -٥- إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ -٦- وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ
بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ -٧- وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا
بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ -٨- الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ -٩- إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا
الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ
وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ -١٠- إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذَلِكَ
الْفَوْزُ الْكَبِيرُ -١١- إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ -١٢- إِنَّهُ هُوَ
يُبْدِئُ وَيُعِيدُ -١٣- وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ -١٤- ذُو الْعَرْشِ
الْمَجِيدُ -١٥- فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ -١٦- هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْجُنُودِ
-١٧- فِرْعَوْنَ وَثَمُودَ -١٨- بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي تَكْذِيبٍ -١٩-
وَاللَّهُ مِن وَرَائِهِم مُّحِيطٌ -٢٠- بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيدٌ -٢١- فِي
لَوْحٍ مَّحْفُوظٍ -٢٢-
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,
dan demi hari yang dijanjikan.
Demi yang menyaksikan dan yang disaksikan.
Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para
pembesar Najran di Yaman),
yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar,
ketika mereka duduk di sekitarnya,
sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat
terhadap orang-orang Mukmin.
Dan mereka menyiksa orang-orang Mukmin itu hanya karena
(orang-orang Mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji,
yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha
Menyaksikan segala sesuatu.
Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana,
membunuh, menyiksa) kepada orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan lalu
mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahannam dan mereka akan
mendapat azab (neraka) yang membakar.
Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan, mereka akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
itulah kemenangan yang agung.
Sungguh, azab Tuhan-mu sangat keras.
Sungguh, Dia-lah yang Memulai penciptaan (makhluk) dan
yang Menghidupkannya (kembali).
Dan Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih,
Yang memiliki Arasy, lagi Maha Mulia,
Maha Kuasa berbuat apa yang Dia Kehendaki.
Sudahkah sampai kepadamu berita tentang bala tentara
(penentang),
(yaitu) Fir‘aun dan Tsamud?
Memang orang-orang kafir (selalu) mendustakan,
padahal Allah Mengepung dari belakang mereka (sehingga
tidak dapat lolos).
Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Quran yang mulia,
yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh
Mahfuzh).”
(QS Al Buruuj [85]: 1 – 22)
IBRAH
Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi menuturkan dalam buku beliau Fikih Kemenangan dan Kejayaan: Meretas Jalan Kebangkitan Umat Islam :
Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi menuturkan dalam buku beliau Fikih Kemenangan dan Kejayaan: Meretas Jalan Kebangkitan Umat Islam :
Sang pemuda telah mendapatkan kemenangan dengan aqidahnya di
hadapan Sang Raja yang dzalim, Manhaj Rabbaninya telah kokoh di dalam jiwa umat
manusia yang berada di bawah kekuasaan Raja yang musyrik dan kejam, mereka
teguh dalam aqidah dan berkorban dengan jiwa demi mempertahankan keimanan,
sehingga umat memahami salah satu nilai dari nilai-nilai kemenangan.
Sayyid Qutb berkata :
“Secara kasat mata tampak para pelaku kedzaliman mendapatkan
kemenangan dan mampu mengalahkan keimanan, padahal keimanan yang telah mencapai
puncaknya dalam tubuh dan jiwa kelompok yang baik, mulia, teguh nan tinggi,
tidak ada bandingan dan persamaannya dalam perang yang terjadi antara keimanan
dan kedzaliman.
Secara kasat mata tampak penghabisan yang mengenaskan dan
menyakitkan, namun Al-Qur’an mengajarkan sesuatu yang lain, menyingkap hakikat
yang berbeda. Bahwa kehidupan dan berbagai hal yang menyelimutinya dari
kenikmatan dan kesedihan, kecintaan dan keharaman bukan nilai terbesar dalam
timbangan, bukan pula sebagai barang yang terhitung sebagai keuntungan dan
kerugian, karena kemenangan tidak terbatas pada kemenangan yang nyata. Karena
itu kisah diatas merupakan salah satu gambaran dari berbagai gambaran
kemenangan yang banyak.
Bahwa setiap manusia pasti akan mati, dan penyebab
kematiannya berbeda-beda, namun sebagian manusia ada yang tidak mendapatkan
kemenangan, tidak mendapatkan derajat yang tinggi, tidak medapatkan kemerdekaan
bahkan tidak mampu bergerak mencapai puncak kemuliaan kecuali atas izin Alah
dan kehendak-Nya terhadap satu kelompok yang mulia dari hamba-hamba-Nya.
Manusia seluruhnya akan mati namun masing-masing mereka ada
perbedaan dalam menggapai kemuliaan, karena kemuliaan ada ditangan Allah.
Dalam kehidupan manusia jika kita mau melihatnya dari
generasi ke generasi, maka akan kita dapatkan bahwa mereka memiliki kemampuan
untuk dapat selamat dalam kehidupan mereka dari kekalahan karena keimanan
mereka, namun betapa banyak orang yang mengalami kerugian dan betapa banyak
umat manusia yang mangalami kesengsaraan.
Betapa banyak mereka mengalami kerugian karena mereka telah
membunuh nilai yang besar ini, makna kehidupan tanpa akidah, kehidupan tanpa
kebebasan, bahkan mereka kehilangan nilai-nilai sehingga para oelaku kedzaliman
mampu mengalahkan ruh-ruh mereka setelah terlebih dahulu menguasai fisik
mereka.
Allah berfirman :
“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan Karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (QS Al-Buruuj [85]: 8)
Hakikat yang harus direnungi oleh orang yang beriman yang menyeru kepada Allah di setiap tempat dan generasi. Bahwa pertempuran antara orang-orang beriman dan musuh-musuhnya adalah merupakan perang akidah, bukan karena yang lain. Bahwa musuh-musuh tidak akan dendam kecuali karena keimanan, dan tidak membenci mereka kecuali karena akidah yang terpatri dalam lubuk hati mereka." [1]
Bagi siapa yang merenungi kisah pemuda di atas, maka akan
diperoleh pelajaran, bahwa sang pemuda telah mendapatkan kemenangan karena
akidah dan manhajnya, begitupun sang rahib (pendeta, red) yang begitu teguh
mempertahankan prinsip akidahnya sekalipun jiwanya terancam dan menjadi korban
serta hancur, adapun orang yang buta telah mendapatkan dua kemenangan,
kemenangan saat berada dalam kekuasaan dan hidup dilingkungan raja, memiliki
jabatan dan kekuasaan, dan kemenangan kedua saat dirinya berlepas dari
kekufuran menuju akidah dan iman.
Sang rahib dan orang yang buta telah mendapatkan kekekalan
akan nilai-nilai yang agung dan kemenangan yang hakiki, jauh dari takwil dan
tafsir bebas yang menutupi banyak orang karena kelemahan mereka dan tertutup
oleh tirai yang mengitari mereka dengan alasan mereka telah melakukan itu semua
untuk agama.
Sang pemudapun cerdik dan cerdas, disaat dirinya memiliki
kesempatan yang besar dalam menyebarkan risalah Tuhannya, diambilnya kesempatan
tersebut dengan baik dan merealisasikan nilai-nilai agung dalam pemahaman nasr
dan kejayaan.
Sang pemuda dengan pemahamannya yang kuat, daya pandangannya
yang jauh ke depan dan menggunakan berbagai cara untuk memenangkan agama dan
aqidahnya, serta mengeluarkan umatnya dari kesesatan menuju hidayah, dari
kekufuran menuju keimanan, mendapatkan kemenangan saat dirinya sepakat
mengambil keputusan ketimbang lari dari kenyataan, melewati berbagai
ringtangan, mengalahkan hawa nafsu, kenikmatan dan kesenangan hidup di dunia. Mendapatkan
kemenangan atas raja yang dzalim dan arogan, yang telah Allah butakan mata
hatinya, sehingga membakar kerajaan melalui tangannya, yang buta bukanlah
matanya namun yang buta adalah hati yang ada di dalam dada. Pemuda yang cerdas
ketika mengatur untuk menghancurkan raja yang kafir dan mengatur jalan
mendapatkan syahadah di jalan Allah subhanahu wa ta'ala.
Sungguh kemenangan yang mulia dalam peperangan antara kufur
dan keimanan guna mempertahankan akidah, dirinya telah mengorbankan diri di
jalan Allah hingga dengan cara itu seluruh umat berbondong beriman kepada Tuhan
pemuda tersebut. sungguh hal tersebut merupakan konsep yang jeli, eksekusi yang
cerdas, ide yang bersih dan kemenangan dan kesuksesan yang menakjubkan.
Sang pemuda mendapatkan kemenangannya saat dirinya dijadikan
oleh Allah sebagai tauladan oleh umat setelahnya, selalu diingat dan dikenang
dengan baik dihadapan lisan orang-orang yang beriman, dan Allah juga
menjadikannya sebagai lisan kebenaran dan kejujuran untuk umat setelahnya.
Kemenangan yang telah berdatangan dan sampai hingga akarnya saat seluruh umat
beralih kepada agama yang hak dan menuju Tuhan sang pemuda, mereka beriman
kepada Allah yang Maha Esa, kufur terhadap Thaghut, sehingga memuncak rasa gila
sang raja, hilang akalnya kemudian menggunakan segala cara dan upaya melakukan
teror dan penyiksaan, guna mempertahankan dan melanggengkan kewibawaan dan
kekuasaannya serta untuk memperbudak manusia untuknya.
Karena itulah sang raja yang dzalim membuat parit yang diisi
dengan api membara, lalu menyuruh para tentaranya dan pasukannya untuk
menceburkan mereka yang beriman. Namun dari itu semua secara mengejutkan,
walaupun yang lemah tetap lemah, lari orang yang ingin lari. Jika telah kita
dapatkan langkah dan keberanian, hal itulah yang mendorong ke dalam api dan itu
tidak asing, karena iman yang merasuk dalam jiwa mereka mampu membangkitkan
keberanian dan keteguhan, mereka telah mendapatkan inspirasi dari sang pemuda,
seakan mereka telah mendapatkan kenikmatan dalam mengorbankan ruh dan jiwa
mereka dalam mempertahankan akidah dan agama mereka.
Iman yang hakiki menjadikan umat yang asing dan beriman
mampu menghancurkan kedzaliman yang berkepanjangan dalam hidup mereka,
tahun-tahun panjang yang memperbudak mereka oleh penguasa dzalim, walaupun
waktu yang pendek yang diiringi dengan keimanan yang terpatri dalam jiwa dan
pengetahuan akan hakikat Manhaj Rabbani seperti halnya yang diimani oleh umat
yang sejahtera dengan beriman kepada Tuhan pemuda tersebut, seakan mereka
mengenal Manhaj dan hidup di dalamnya sebagaimana yang dialami oleh sang rahib sepanjang
hayatnya, atau terbina sebagaimana terbinanya sang pemuda oleh sang rahib.
Hakikat keimanan ketika bercampur dengan kejernihan hati dan
merasuk dalam ruh akan menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. Kemenangan yang
diraih umat yang beriman kepada Tuhan pemuda adalah kemenangan bersama yang
membawa berkah menunjukkan akan kesucian aqidah, kejelasan manhaj, kebersihan
jalan dan kefahaman hakikat kemenangan.
Kita tidak akan mendapatkan dalam Al-Quran dan As-sunnah
yang menyebutkan kemenangan kedzaliman, bagaimana akhir dari kehidupan mereka
di dunia, dan segala puji bagi Allah yang memiliki hikmah yang telah
menyembunyikan hakikat tersebut kepada kita. [2]
Memang, terdapat pula dalam akhir kisah mereka seruan kepada
mereka dan peringatan:
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan Kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar”. (QS Al-Buruuj [85]: 10)
Al-Hasan Al-Bashri berkata :
“Lihatlah akan kemuliaan dan kedermawanan ini. mereka telah
membunuh para wali Allah, namun Allah tetap menyeru mereka untuk bertaubat dan
mohon ampun”. [3]
Bahwa akhir dari peristiwa ini menyiratkan makna akan
makna-makna kemenangan, siapa yang mendapatkan kemenangan?
Yang telah menolong akidah dan agama Tuhannya, namun dibakar
selama beberapa menit, kemudian berpindah pada surga yang penuh dengan
kenikmatan, atau demikian yang memberikan kenikmatan beberapa hari di dunia
kemudian tempat kembalinya –jika tidak mau bertaubat- adalah azab Jahannam dan
azab yang membakar?
Apakah ada bandingannya dari api yang membakar pertama dan
api yang membakar kedua??
Api yang membakar di dunia dan api yang membakar di akhirat?
Sungguh yang demikian adalah perpindahan yang sangat jauh,
orang-orang yang beriman yang terbakar di dunia, maka mereka mendapatkan
“Ganjaran di surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai” (QS Al-Buruuj [85]: 11)
diberitahukan hasil yang tidak diragukan dan
diperdebatkan :
“Itulah kemenangan yang agung”.
Bukankah yang demikian adalah kemenangan?
Ini adalah di alam akhirat, adapun di dunia manhajnya telah
terpatri dalam hati manusia yang tampak secara jelas.
Allahumma inni qad balaghtu, fasyhad
Ya Allah, sesungguhnya telah aku sampaikan, maka
saksikanlah
Footnote:
[1] Lihat: Ma’alim fi Thariq, Bab: Hadza huwa Thariq, hal.
173
[2] Lihat: Hakikat Intishar, hal. 13-14
[3] Tafsir Ibnu Katsir, jilid 4, hal. 496
Maraji’:
Kolaborasi buku
Fikih Kemenangan dan Kejayaan: Meretas Jalan Kebangkitan
Umat Islam
karya DR. Ali Muhammad Ash-Shalabi
dan
Kisah-Kisah Shahih dalam Al-Qur’an dan Sunnah
karya Syaikh ‘Umar Sulaiman Al-Asyqor (Guru Besar
Universitas Islam Yordania)
0 comments :
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.