Home » , , » Ashhaabul-Ukhduud: Kemenangan Tauhid

Ashhaabul-Ukhduud: Kemenangan Tauhid





Di dalam Kitabullah terdapat sepenggal kisah tentang Ashhaabul-Ukhduud. Hadits Nabi datang memberi penjelasan dan keterangan lebih mendalam untuk kisah ini. Sebuah kisah tentang bagaimana sekelompok orang-orang beriman dengan iman mereka menolak kenikmatan dan kelezatan dunia. Mereka memilih api daripada kufur kepada Allah. Kisah ini berbicara bagaimana seorang bocah kecil mampu menghidupkan iman di hati umat dan menggoncang singgasana Thaghut yang sombong, yang mengklaim diri sebagai Tuhan.




NASH HADITS

Imam Muslim meriwayatkan dari Shuhaib bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wassalam bersabda,

"Dahulu kala, ada seorang raja dari kalangan orang-orang sebelum kalian yang mempunyai seorang ahli sihir. Ketika ahli sihir ini sudah lanjut usia, ia berkata kepada sang raja,
'Sesungguhnya aku sudah lanjut usia, maka kirimkan seorang pemuda kepadaku untuk aku ajarkan kepadanya ilmu sihir.'

Maka sang raja pun mengirimkan seorang pemuda kepadanya untuk diajari ilmu sihir. Ketika di tengah jalan yang dilaluinya menuju tukang sihir, terdapat seorang ahli ibadah (pendeta). Pemuda itu lalu duduk di dekatnya dan mendengarkan ucapannya hingga membuatnya kagum atau heran. Dan ketika mendatangi ahli sihir, dia selalu melewati si pendeta itu dan singgah di tempatnya.
Suatu ketika mendatangi ahli sihir, ahli sihir itu memukulnya. Maka dia memberitahukannya kepada sang pendeta. Pendeta itu berkata,
'Jika engkau takut pada ahli sihir, maka katakan, 'Keluargaku menahanku.' Dan jika engkau takut kepada keluargamu, maka katakan, 'Ahli sihir telah menahanku.'

Ketika dia dalam keadaan seperti itu, datanglah seekor binatang yang sangat besar yang menahan orang-orang, maka dia berkata,
'Sekarang aku akan mengetahui yang lebih baik , ahli sihir ataukah pendeta?'

Kemudian dia mengambil sebuah batu seraya berkata,
'Ya Allah, jika ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai daripada ajaran ahli sihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melanjutkan perjalanan mereka.'

Lalu dia melemparkan batu itu hingga dapat membunuh binatang tersebut dan orang-orang pun dapat melanjutkan perjalanan mereka.
Selanjutnya, pemuda itu mendatangi si pendeta dan memberitahukan hal tersebut. Maka sang pendeta berkata kepadanya,
'Wahai anakku, sekarang ini engkau lebih baik daripada diriku. Sebab, urusanmu telah mencapai apa yang kusaksikan. Dan sesungguhnya engkau kelak akan diuji. Jika engkau diuji, janganlah engkau menyebut-nyebut namaku (janganlah engkau tunjukkan aku pada mereka).'

Pemuda itu pun berhasil menyembuhkan penyakit buta dan kusta. Dia mengobati manusia dari segala macam penyakit.
Kemudian orang kepercayaan sang raja yang buta mendengar berita tentangnya. Dia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang sangat banyak. Dia berkata,
'Semua yang ada di sini akan menjadi milikmu jika engkau berhasil menyembuhkan diriku.'

Pemuda itu menjawab,
'Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seseorang. Yang menyembuhkan adalah Allah yang Maha Tinggi. Jika engkau beriman kepada Allah yang Maha Tinggi, maka aku akan berdoa kepada Allah, lalu Dia akan menyembuhkanmu.'

Maka dia pun beriman kepada Allah yang Maha Tinggi dan Allah menyembuhkannya.
Selanjutnya, orang kepercayaan raja itu mendatangi sang raja dan duduk bersamanya seperti biasa. Raja berkata kepadanya,
'Siapa yang mengembalikan (menyembuhkan) pandanganmu?'

Dia menjawab, 'Tuhanku.'

'Apakah engkau mempunyai tuhan selain diriku?' tanya raja.

'Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah,' sahutnya.

Maka raja itu langsung memberikan hukuman kepadanya dan terus menyiksanya hingga orang itu menunjuk pemuda itu. Kemudian minta agar pemuda itu didatangkan. Raja berkata,
'Wahai anakku, sihirmu luar biasa hebatnya hingga dapat menyembuhkan kebutaan dan kusta. Kamu juga telah melakukan ini dan itu.'

Maka dia berkata,
'Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Sebenarnya yang menyembuhkan mereka adalah Allah.'

Maka pemuda itu pun dihukum dan terus disiksa hingga pemuda itu menunjuk sang pendeta. Lalu dia minta supaya pendeta itu dihadirkan. Selanjutnya kepada pendeta itu dikatakan, 
'Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula.'

Namun dia menolak. Raja minta agar diambilkan gergaji. Gergaji itu diletakkan di atas kepalanya, lalu membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh. Dipanggillah orang kepercayaannya dan dikatakan kepadanya,
'Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula.'

Namun dia menolak, dan sang raja meletakkan gergaji di atas kepalanya, kemudian membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh. Selanjutnya, dia minta untuk menghadapkan pemuda itu kepadanya. Lalu dia mengatakan kepadanya,
'Kembalilah kepada agamamu.'

Namun dia tetap menolak. Maka dia menyerahkannya kepada beberapa orang pengikutnya, lalu berkata,
'Pergi dan bawalah pemuda ini ke gunung ini dan itu, dan bawalah dia naik ke atas gunung. Jika kalian telah sampai di puncaknya dan dia kembali kepada agamanya, maka tidaklah bermasalah. Tetapi jika tidak, maka lemparkanlah dia.'

Kemudian mereka segera membawa pemuda itu naik ke gunung. Maka pemuda itu berdoa,
'Ya Allah, lindungilah diriku dari (kejahatan) mereka sesuai dengan kehendak-Mu.'

Maka gunung itu goncang, mereka pun berjatuhan dari gunung. Kemudian pemuda itu dengan berjalan kaki datang menemui sang raja. Kemudian raja bertanya kepadanya,
'Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawamu?'

Dia menjawab,
'Allah yang Maha Tinggi telah menghindarkan diriku dari kejahatan mereka.'

Maka pemuda itu diserahkan kepada pasukan lain seraya berkata,
'Pergilah kalian dan bawalah pemuda ini dengan sebuah perahu ke tengahtengah laut. Jika dia mau kembali ke dalam agamanya semula, maka dia akan selamat. Jika tidak, maka lemparkanlah dia ke tengah lautan.'

Lalu mereka berangkat dengan membawa pemuda tersebut. Selanjutnya, pemuda itu berdoa,
'Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sesuai dengan kehendak-Mu.'

Maka kapal itu pun terbalik dan mereka tenggelam. Setelah itu, pemuda tersebut dengan berjalan kaki datang menemui sang raja. Dan raja berkata kepadanya,
'Apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang bersamamu tadi?'

Dia menjawab,
'Allah yang Maha Tinggi telah menyelamatkanku dari kejahatan mereka.'

Lebih lanjut, pemuda itu berkata kepada raja,
'Sesungguhnya kamu tidak akan dapat membunuhku hingga kamu mengerjakan apa yang aku perintahkan kepadamu.'

'Apa yang harus aku kerjakan?' tanya raja itu.

Pemuda itu menjawab,
'Kamu harus mengumpulkan orang orang di satu tanah lapang, lalu kamu menyalibku di sebuah batang pohon. Ambillah anak panah dari tempat anak panahku, letakkan pada busurnya, kemudian ucapkanlah, 'Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini.' Lalu lepaskanlah anak panah itu ke arahku. Sesungguhnya jika kamu telah melakukan hal itu, maka kamu akan dapat membunuhku'.

Raja itu pun mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang. Dia menyalib pemuda di atas sebatang pohon, lalu mengambil satu anak panah dari tempat anak panah pemuda itu. Selanjutnya, dia meletakkan anak panah itu pada busurnya, kemudian mengucapkan
‘Bismillahi rabbil ghulaam (dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini).’

Dia pun melepaskan anak panah itu dan mengenai bagian pelipis. Pemuda itu meletakkan tangannya di pelipisnya dan ia pun meninggal dunia.
Pada saat itu orang-orang berkata,
'Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini.'

Kemudian ada orang datang kepada raja dan berkata kepadanya,
'Tahukah engkau, apa yang engkau khawatirkan? Demi Allah, kekhawatiran itu sekarang telah menjadi kenyataan. Orang-orang telah beriman.'

Raja pun memerintahkan untuk membuat parit besar di setiap persimpangan jalan dan di parit itu supaya dinyalakan api. Raja berkata,
'Barangsiapa tidak kembali kepada agamanya semula, maka lemparkanlah dia ke dalam parit itu.'
Atau akan dikatakan kepadanya, 'Ceburkanlah dirimu.'

Maka orang-orang pun melakukan hal tersebut, hingga datanglah seorang wanita bersama bayinya. Wanita itu berhenti dan menghindar agar tidak terperosok ke dalamnya. Maka bayi itu berkata kepadanya,
'Wahai Ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.’ 

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitabuz Zuhdi war Raqaiq, bab kisah Ashabul Ukhdud (4/2299), no. 3005.


Dalam Sunan Tirmidzi dari Shuhaib berkata bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wassalam bersabda,

"Ada seorang raja. Raja ini memiliki dukun yang berpraktek untuknya. Dukun ini berkata,
'Pilihkan untukku seorang pemuda yang mengerti – atau dia berkata, 'Pemuda yang pandai lagi mudah diajari.' Aku akan mengajarkan ilmuku ini kepadanya, karena aku takut tiba-tiba mati, ilmu ini terputus dan tidak ada yang mewarisinya di antara kalian."

Nabi bersabda,
"Lalu mereka memilih seorang pemuda seperti yang dia minta dan memerintahkannya untuk menghadap dukun itu. Maka pemuda ini mulai sering mendatangi dukun itu. Sementara itu di perjalanan pemuda ini menuju dukun, terdapat seorang pendeta di sebuah kuil."
Ma'mar berkata, "Menurutku, para penghuni kuil pada hari itu adalah orang-orang muslim."

Nabi melanjutkan,
"Pemuda itu mulai bertanya kepada sang pendeta setiap kali dia melewatinya. Pemuda itu terus bertanya hingga pendeta itu bercerita. Pendeta itu berkata,
'Aku hanyalah seorang hamba Allah'.

Selanjutnya pemuda ini duduk di depan pendeta dan datang terlambat kepada sang dukun. Maka dukun itu bertanya kepada keluarga si pemuda itu, bahwa dia jarang menghadiri majlisnya. Pemuda ini menceritakan hal itu kepada si pendeta. Maka pendeta itu berkata kepada pemuda,
'Jika dukun itu bertanya kepadamu, di mana kamu. Maka katakan saja, di rumah. Dan jika keluargamu bertanya kepadamu, di mana kamu. Maka katakan saja, di sisi dukun."

Nabi melanjutkan,
"Ketika pemuda itu dalam keadaan demikian, dia melewati sekumpulan orang dalam jumlah yang banyak yang tertahan oleh seekor binatang. Sebagian dari mereka berkata, 'Binatang itu adalah seekor singa.' Lalu pemuda ini mengambil sebuah batu dan berkata,
'Ya Allah jika apa yang diucapkan oleh pendeta itu adalah benar, maka aku memohon kepada-Mu agar bisa membunuh binatang ini."

Nabi melanjutkan, "Pemuda itu melempar dan membunuh binatang itu. Orang-orang bertanya, 'Siapa yang membunuhnya?'
Mereka menjawab, 'Seorang pemuda.'
Orang-orang pun terkejut. Mereka berkata,
'Pemuda itu telah mengetahui ilmu yang tidak diketahui oleh siapa pun’. “

"Lalu seorang buta mendengar kisah tentang pemuda ini. Orang buta ini berkata kepadanya,
'Jika kamu dapat mengembalikan penglihatanku, maka aku memberimu ini dan ini.'
Pemuda ini menjawab,
'Aku tidak menginginkan pemberianmu. Akan tetapi, jika penglihatanmu kembali kepadamu, apakah kamu bersedia beriman kepada yang mengembalikannya kepadamu?'
Dia menjawab, 'Ya'."

Nabi bersabda,
"Lalu pemuda itu berdoa kepada Allah dan Allah mengabulkan doanya. Orang buta itu bisa melihat dan dia beriman.
Hal itu diketahui oleh raja, maka mereka dihadapkan kepada raja. Raja berkata,
"Masing-masing dari kalian akan aku bunuh dengan cara yang berbeda."

Lalu raja memerintahkan pendeta dan laki-laki yang pernah buta itu agar dihadapkan. Sebuah gergaji diletakkan di ubun - ubun salah satu dari keduanya dan raja membunuhnya (dengan cara itu), sementara yang lain dibunuh dengan cara yang lain. Kemudian raja memerintahkan atas si pemuda dengan berkata,
"Bawalah pemuda ini ke gunung ini dan ini, lemparkan dia dari puncaknya."

Lalu para tentara raja membawanya ke gunung yang disebut oleh raja. Ketika mereka tiba di tempat di mana mereka akan melemparkan pemuda itu, tiba-tiba mereka terpelanting dan berjatuhan dari gunung itu, sehingga yang tersisa hanyalah sang pemuda.

Nabi melanjutkan,
"Kemudian pemuda itu pulang. Raja menangkapnya dan memerintahkan bala tentaranya agar membuangnya ke laut. Pemuda ini dibawa ke laut. Dan Allah menenggelamkan bala tentara raja yang membawanya dan menyelamatkannya. Pemuda itu berkata kepada raja,
"Engkau tidak akan bisa membunuhku sebelum engkau menyalibku dan memanahku, lalu engkau berkata ketika memanahku, 'Bismillah Tuhan pemuda ini.'

Nabi melanjutkan,
"Lalu pemuda ini disalib. Raja menyiapkan anak panahnya dan berkata,
'Bismillah, Tuhan pemuda ini.'

Pemuda ini memegang pelipisnya ketika panah mengenainya dan dia pun mati.
Maka orang-orang berkata,
'Pemuda ini telah mengetahui ilmu yang tidak diketahui oleh seorang pun. Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini.'

Maka ada yang berkata kepada raja,
'Engkau murka ketika ada tiga orang yang menyelisihimu. Sekarang, semua orang telah menyelisihimu.'

Nabi bersabda,
"Maka raja menggali parit, kemudian kayu bakar dilemparkan ke dalamnya dan api dinyalakan. Orang-orang dikumpulkan dan kepada mereka diserukan,
'Siapa yang murtad, maka kami membiarkannya. Dan barangsiapa tetap memegang agamanya, maka kami akan melemparkan dia ke dalam api.'

Maka bala tentara raja melemparkan orang-orang ke dalam parit-parit tersebut."

Allah berfirman,
"Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi dengan dinyalakan dengan kayu bakar… sampai pada firmannya, 'Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji."
(QS. Al-Buruj: 4-8).

Dia berkata, "Pemuda itu dikubur." Dan katanya, bahwa pemuda itu dikeluarkan dari kuburnya pada zaman Umar bin Khattab sementara tangannya masih berada di pelipisnya seperti ketika dia dibunuh. Abu Isa berkata, "Ini adalah hadis hasan gharib."

TAKHRIJ HADITS
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya dalam Kitab Tafsir, tafsir surat Al-Buruj (4/437).


QS AL BURUUJ (GUGUSAN BINTANG)

وَالسَّمَاء ذَاتِ الْبُرُوجِ -١- وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ -٢- وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ -٣- قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ -٤- النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ -٥- إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ -٦- وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ -٧- وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ -٨- الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ -٩- إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ -١٠- إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ -١١- إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ -١٢- إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ -١٣- وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ -١٤- ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ -١٥- فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ -١٦- هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْجُنُودِ -١٧- فِرْعَوْنَ وَثَمُودَ -١٨- بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي تَكْذِيبٍ -١٩- وَاللَّهُ مِن وَرَائِهِم مُّحِيطٌ -٢٠- بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيدٌ -٢١- فِي لَوْحٍ مَّحْفُوظٍ -٢٢

“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,
dan demi hari yang dijanjikan.
Demi yang menyaksikan dan yang disaksikan.
Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman),
yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar,
ketika mereka duduk di sekitarnya,
sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang Mukmin.
Dan mereka menyiksa orang-orang Mukmin itu hanya karena (orang-orang Mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji,
yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa) kepada orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahannam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar.
Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, itulah kemenangan yang agung.
Sungguh, azab Tuhan-mu sangat keras.
Sungguh, Dia-lah yang Memulai penciptaan (makhluk) dan yang Menghidupkannya (kembali).
Dan Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih,
Yang memiliki Arasy, lagi Maha Mulia,
Maha Kuasa berbuat apa yang Dia Kehendaki.
Sudahkah sampai kepadamu berita tentang bala tentara (penentang),
(yaitu) Fir‘aun dan Tsamud?
Memang orang-orang kafir (selalu) mendustakan,
padahal Allah Mengepung dari belakang mereka (sehingga tidak dapat lolos).
Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Quran yang mulia,
yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh).”
(QS Al Buruuj [85]: 1 – 22)



IBRAH

Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi menuturkan dalam buku beliau Fikih Kemenangan dan Kejayaan: Meretas Jalan Kebangkitan Umat Islam :

Sang pemuda telah mendapatkan kemenangan dengan aqidahnya di hadapan Sang Raja yang dzalim, Manhaj Rabbaninya telah kokoh di dalam jiwa umat manusia yang berada di bawah kekuasaan Raja yang musyrik dan kejam, mereka teguh dalam aqidah dan berkorban dengan jiwa demi mempertahankan keimanan, sehingga umat memahami salah satu nilai dari nilai-nilai kemenangan.

Sayyid Qutb berkata :

“Secara kasat mata tampak para pelaku kedzaliman mendapatkan kemenangan dan mampu mengalahkan keimanan, padahal keimanan yang telah mencapai puncaknya dalam tubuh dan jiwa kelompok yang baik, mulia, teguh nan tinggi, tidak ada bandingan dan persamaannya dalam perang yang terjadi antara keimanan dan kedzaliman.

Secara kasat mata tampak penghabisan yang mengenaskan dan menyakitkan, namun Al-Qur’an mengajarkan sesuatu yang lain, menyingkap hakikat yang berbeda. Bahwa kehidupan dan berbagai hal yang menyelimutinya dari kenikmatan dan kesedihan, kecintaan dan keharaman bukan nilai terbesar dalam timbangan, bukan pula sebagai barang yang terhitung sebagai keuntungan dan kerugian, karena kemenangan tidak terbatas pada kemenangan yang nyata. Karena itu kisah diatas merupakan salah satu gambaran dari berbagai gambaran kemenangan yang banyak.

Bahwa setiap manusia pasti akan mati, dan penyebab kematiannya berbeda-beda, namun sebagian manusia ada yang tidak mendapatkan kemenangan, tidak mendapatkan derajat yang tinggi, tidak medapatkan kemerdekaan bahkan tidak mampu bergerak mencapai puncak kemuliaan kecuali atas izin Alah dan kehendak-Nya terhadap satu kelompok yang mulia dari hamba-hamba-Nya.

Manusia seluruhnya akan mati namun masing-masing mereka ada perbedaan dalam menggapai kemuliaan, karena kemuliaan ada ditangan Allah.

Dalam kehidupan manusia jika kita mau melihatnya dari generasi ke generasi, maka akan kita dapatkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk dapat selamat dalam kehidupan mereka dari kekalahan karena keimanan mereka, namun betapa banyak orang yang mengalami kerugian dan betapa banyak umat manusia yang mangalami kesengsaraan.

Betapa banyak mereka mengalami kerugian karena mereka telah membunuh nilai yang besar ini, makna kehidupan tanpa akidah, kehidupan tanpa kebebasan, bahkan mereka kehilangan nilai-nilai sehingga para oelaku kedzaliman mampu mengalahkan ruh-ruh mereka setelah terlebih dahulu menguasai fisik mereka.

Allah berfirman :

“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan Karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (QS Al-Buruuj [85]: 8)

Hakikat yang harus direnungi oleh orang yang beriman yang menyeru kepada Allah di setiap tempat dan generasi. Bahwa pertempuran antara orang-orang beriman dan musuh-musuhnya adalah merupakan perang akidah, bukan karena yang lain. Bahwa musuh-musuh tidak akan dendam kecuali karena keimanan, dan tidak membenci mereka kecuali karena akidah yang terpatri dalam lubuk hati mereka." [1]

Bagi siapa yang merenungi kisah pemuda di atas, maka akan diperoleh pelajaran, bahwa sang pemuda telah mendapatkan kemenangan karena akidah dan manhajnya, begitupun sang rahib (pendeta, red) yang begitu teguh mempertahankan prinsip akidahnya sekalipun jiwanya terancam dan menjadi korban serta hancur, adapun orang yang buta telah mendapatkan dua kemenangan, kemenangan saat berada dalam kekuasaan dan hidup dilingkungan raja, memiliki jabatan dan kekuasaan, dan kemenangan kedua saat dirinya berlepas dari kekufuran menuju akidah dan iman.

Sang rahib dan orang yang buta telah mendapatkan kekekalan akan nilai-nilai yang agung dan kemenangan yang hakiki, jauh dari takwil dan tafsir bebas yang menutupi banyak orang karena kelemahan mereka dan tertutup oleh tirai yang mengitari mereka dengan alasan mereka telah melakukan itu semua untuk agama.

Sang pemudapun cerdik dan cerdas, disaat dirinya memiliki kesempatan yang besar dalam menyebarkan risalah Tuhannya, diambilnya kesempatan tersebut dengan baik dan merealisasikan nilai-nilai agung dalam pemahaman nasr dan kejayaan.

Sang pemuda dengan pemahamannya yang kuat, daya pandangannya yang jauh ke depan dan menggunakan berbagai cara untuk memenangkan agama dan aqidahnya, serta mengeluarkan umatnya dari kesesatan menuju hidayah, dari kekufuran menuju keimanan, mendapatkan kemenangan saat dirinya sepakat mengambil keputusan ketimbang lari dari kenyataan, melewati berbagai ringtangan, mengalahkan hawa nafsu, kenikmatan dan kesenangan hidup di dunia. Mendapatkan kemenangan atas raja yang dzalim dan arogan, yang telah Allah butakan mata hatinya, sehingga membakar kerajaan melalui tangannya, yang buta bukanlah matanya namun yang buta adalah hati yang ada di dalam dada. Pemuda yang cerdas ketika mengatur untuk menghancurkan raja yang kafir dan mengatur jalan mendapatkan syahadah di jalan Allah subhanahu wa ta'ala.

Sungguh kemenangan yang mulia dalam peperangan antara kufur dan keimanan guna mempertahankan akidah, dirinya telah mengorbankan diri di jalan Allah hingga dengan cara itu seluruh umat berbondong beriman kepada Tuhan pemuda tersebut. sungguh hal tersebut merupakan konsep yang jeli, eksekusi yang cerdas, ide yang bersih dan kemenangan dan kesuksesan yang menakjubkan.

Sang pemuda mendapatkan kemenangannya saat dirinya dijadikan oleh Allah sebagai tauladan oleh umat setelahnya, selalu diingat dan dikenang dengan baik dihadapan lisan orang-orang yang beriman, dan Allah juga menjadikannya sebagai lisan kebenaran dan kejujuran untuk umat setelahnya. Kemenangan yang telah berdatangan dan sampai hingga akarnya saat seluruh umat beralih kepada agama yang hak dan menuju Tuhan sang pemuda, mereka beriman kepada Allah yang Maha Esa, kufur terhadap Thaghut, sehingga memuncak rasa gila sang raja, hilang akalnya kemudian menggunakan segala cara dan upaya melakukan teror dan penyiksaan, guna mempertahankan dan melanggengkan kewibawaan dan kekuasaannya serta untuk memperbudak manusia untuknya.

Karena itulah sang raja yang dzalim membuat parit yang diisi dengan api membara, lalu menyuruh para tentaranya dan pasukannya untuk menceburkan mereka yang beriman. Namun dari itu semua secara mengejutkan, walaupun yang lemah tetap lemah, lari orang yang ingin lari. Jika telah kita dapatkan langkah dan keberanian, hal itulah yang mendorong ke dalam api dan itu tidak asing, karena iman yang merasuk dalam jiwa mereka mampu membangkitkan keberanian dan keteguhan, mereka telah mendapatkan inspirasi dari sang pemuda, seakan mereka telah mendapatkan kenikmatan dalam mengorbankan ruh dan jiwa mereka dalam mempertahankan akidah dan agama mereka.

Iman yang hakiki menjadikan umat yang asing dan beriman mampu menghancurkan kedzaliman yang berkepanjangan dalam hidup mereka, tahun-tahun panjang yang memperbudak mereka oleh penguasa dzalim, walaupun waktu yang pendek yang diiringi dengan keimanan yang terpatri dalam jiwa dan pengetahuan akan hakikat Manhaj Rabbani seperti halnya yang diimani oleh umat yang sejahtera dengan beriman kepada Tuhan pemuda tersebut, seakan mereka mengenal Manhaj dan hidup di dalamnya sebagaimana yang dialami oleh sang rahib sepanjang hayatnya, atau terbina sebagaimana terbinanya sang pemuda oleh sang rahib.

Hakikat keimanan ketika bercampur dengan kejernihan hati dan merasuk dalam ruh akan menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. Kemenangan yang diraih umat yang beriman kepada Tuhan pemuda adalah kemenangan bersama yang membawa berkah menunjukkan akan kesucian aqidah, kejelasan manhaj, kebersihan jalan dan kefahaman hakikat kemenangan.

Kita tidak akan mendapatkan dalam Al-Quran dan As-sunnah yang menyebutkan kemenangan kedzaliman, bagaimana akhir dari kehidupan mereka di dunia, dan segala puji bagi Allah yang memiliki hikmah yang telah menyembunyikan hakikat tersebut kepada kita. [2]

Memang, terdapat pula dalam akhir kisah mereka seruan kepada mereka dan peringatan:

“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan Kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar”. (QS Al-Buruuj [85]: 10)

Al-Hasan Al-Bashri berkata :
“Lihatlah akan kemuliaan dan kedermawanan ini. mereka telah membunuh para wali Allah, namun Allah tetap menyeru mereka untuk bertaubat dan mohon ampun”. [3]

Bahwa akhir dari peristiwa ini menyiratkan makna akan makna-makna kemenangan, siapa yang mendapatkan kemenangan?
Yang telah menolong akidah dan agama Tuhannya, namun dibakar selama beberapa menit, kemudian berpindah pada surga yang penuh dengan kenikmatan, atau demikian yang memberikan kenikmatan beberapa hari di dunia kemudian tempat kembalinya –jika tidak mau bertaubat- adalah azab Jahannam dan azab yang membakar?

Apakah ada bandingannya dari api yang membakar pertama dan api yang membakar kedua??
Api yang membakar di dunia dan api yang membakar di akhirat?

Sungguh yang demikian adalah perpindahan yang sangat jauh, orang-orang yang beriman yang terbakar di dunia, maka mereka mendapatkan

“Ganjaran di surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai” (QS Al-Buruuj [85]: 11)
diberitahukan hasil yang tidak diragukan dan diperdebatkan :
“Itulah kemenangan yang agung”.
Bukankah yang demikian adalah kemenangan?

Ini adalah di alam akhirat, adapun di dunia manhajnya telah terpatri dalam hati manusia yang tampak secara jelas. 
  
Allahumma inni qad balaghtu, fasyhad

Ya Allah, sesungguhnya telah aku sampaikan, maka saksikanlah


Footnote:

[1] Lihat: Ma’alim fi Thariq, Bab: Hadza huwa Thariq, hal. 173
[2] Lihat: Hakikat Intishar, hal. 13-14
[3] Tafsir Ibnu Katsir, jilid 4, hal. 496


Maraji’:

Kolaborasi buku
Fikih Kemenangan dan Kejayaan: Meretas Jalan Kebangkitan Umat Islam
karya DR. Ali Muhammad Ash-Shalabi
dan
Kisah-Kisah Shahih dalam Al-Qur’an dan Sunnah
karya Syaikh ‘Umar Sulaiman Al-Asyqor (Guru Besar Universitas Islam Yordania)

0 comments :

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. The Last Smile - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger